tag:blogger.com,1999:blog-41170790443997550252024-03-05T02:41:28.691-08:00Komunitas Tanpa Nama | Lahir Seorang Besar dan Tenggelam Beratus Ribu | KTNSebuah komunitas sastra lahir di Jogja kemudian berexpansi ke penjuru belahan dunia, Komunitas Tanpa Nama (KTN). Yang berawal dari pertemuan antara 2 dunia, dunia maya dan dunia sastra. Sebuah Komunitas yang menjadi ikatan terbentuk dari para sastrawan maya berdasarkan kesamaan-kesamaan kecintaan sastra.Unknownnoreply@blogger.comBlogger26125tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-23739077617801900132010-06-03T12:48:00.000-07:002010-06-03T12:56:24.405-07:00Nafas Hidup Bernama Kreatifitas<meta equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8"><meta name="ProgId" content="Word.Document"><meta name="Generator" content="Microsoft Word 9"><meta name="Originator" content="Microsoft Word 9"><link rel="File-List" href="file:///C:/DOCUME%7E1/biota/LOCALS%7E1/Temp/msoclip1/01/clip_filelist.xml"><!--[if gte mso 9]><xml> <w:worddocument> <w:view>Normal</w:View> <w:zoom>0</w:Zoom> <w:donotoptimizeforbrowser/> </w:WordDocument> </xml><![endif]--><style> <!-- /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-parent:""; margin:0in; margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:12.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-font-family:"Times New Roman";} @page Section1 {size:8.5in 11.0in; margin:1.0in 1.25in 1.0in 1.25in; mso-header-margin:.5in; mso-footer-margin:.5in; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} --></style><p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><b><u>Nafas Hidup Bernama Kreatifitas<o:p></o:p></u></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><span style=""> </span><b><span style=""> </span></b>Djali Gafur</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">
<br /><b><o:p></o:p></b></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Judul Buku: Proses Kreatif " Mengapa dan Bagaimana Saya Mengarang" (Jilid I)</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Editor:Pamusuk Eneste</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Cetakan: Juni 2009</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Tebal:xiv + 258</p> <!--[if !supportEmptyParas]--> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Perkenalan peradaban manusia dengan dunia tulis-menulis sudah berlangsung semenjak pertama kali manusia (mesir kuno) mengenal tulisan atau 4000 tahun SM. Digunakanya tulisan sebagai media komunikasi menandai peralihan zaman. Peradaban manusia memasuki era baru dari zaman prasejarah menuju zaman sejarah. Artinya menulis bukanlah hal baru dan istimewa di zaman kita sekarang ini.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Selintas, menulis adalah perkara mudah. Semua orang pasti pernah melakukannya, menulis sebait kata, sebaris kalimat atau membuat catatan singkat. Bahkan saat ini menulis (penulis) menjadi profesi baru ditengah maraknya industri percetakan dan semakin ramainya tokobuku-tokobuku di serbu pembeli.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Namun, bila ditelisik lebih jauh, berapa banyak dari tulisan yang dihasilkan ternyata hanyalah sambilalu saja, menjadi obrolan sesaat kemudian lenyap, muncul lagi yang lainnya. Karya tersebut tidak mampu memberi arti bagi si penulis maupun si pembaca, keduanya hilang tegelam terseret zaman. Ternyata menulis bukan hanya persoalan menumpakhan rasa dalam bahasa kata-kata (tulisan) namun lebih jauh dari itu menulis atau mengarang merupakan suatu Proses Kreatif. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Lantas, apa itu proses kreatif?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i>Proses kreatif adalah suatu proses yang mulai kelihatan sejak kecil, sejak kesadaran pertama. Bakat dan pengalaman memegang peranan dalam proses ini. Karena bakat dan pengalaman berkembang dalam usia, maka aspek jasmani tidak boleh ketingalan </i>(Gerson Poyk)<i> <o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><i><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam buku ini, Sebanyak 12 sastrawan Indonesia terkemuka mengisahkan proses kreatifnya, kisah-kisah yang sangat menarik dan inspiratif. Bagaimana Pramoedya menciptakan <i>Perburuan</i> dan <i>keluarga Gelirya</i>? Bagaimana sajak Sitor Situmorang dilahirkan? bagaimana Hamsad Rangkuti menulis cerpen-cerpennya hingga mudah di pahami murid SD kelas lima sekalipun? Bagaimana pergulatan kerasnya hidup Gerson Poyk memberi warna khas dalam karya-karyanya? Bagaimana Sapardi Djoko Damono mengubah sajak-sajaknya yang manis dan seolah bercerita?</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sejalan dengan pendapat Gerson Poyk, Pramoedya menilai proses kreatif sebagai pengalaman pribadi yang sangat pribadi sifatnya, setiap pengarang akan mempunyai pengalaman sendiri dan pengalaman itulah yang mempengeruhi karya-karya yang akan dihasilkan.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Proses tempaan hidup akan menghaluskan insting perasa manusia sehingga dia peka terhadap persoalan-persoalan di sekelilingnya. Mampu meresapi semangat zaman yang sedang dihadapi, menjadikan karya-karya yang dihasilkan memberi warna bagi dirinya pribadi maupun setiap orang yang membacanaya. Suatu proses budaya yang melahirkan Anak-anak ruhani, yang akan menjalani hidupnya sendiri-sendiri, ada yang bertahan ada juga yang lenyap hilang ditelan zaman.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Dalam berkarya menurut Sitor Situmorang, seniman dan satrawan Indonesia sekaligus memilih dan dipilih oleh tema, berbentuk tema-zaman yang mempribadi, yang mencari bentuk. Dalam menulis dan melukis, si penyair dan si pelukis menjadi unsur proses budaya, mewujudkan perpaduan berbagai elemen: rasa, pikiran (ide, ilham), dan bentuk (teknik). Sehingga lahirlah karya.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Buku ini banyak memuat bagaimana proses kreatif itu ditempa dan dibentuk. Pada umumnya mereka semua adalah generasi yang hidup di era yang penuh gejolak. Mulai dari masa Kolonialisme vs Nasionalisme (1940-1942), Fasisme Militerisme Jepang (1942-1945), Revolusi Nasional (1945-1950) sampai masa Kelam (1965-1966). Pengalaman historis inilah yang kemudian memberikan karakter kuat dalam setiap karya-karya yang dihasilkan. Mereka mampu meresapi setiap perubahan zaman, mampu mengambil intisari pergolakan zaman dan kemudian menyemai merubanya menjadi karya-karya yang mengugah.<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Pada titik tersebut di mana proses kreatif sudah menyatu dengan si penulis, maka menulis atau mengarang bukan lagi persoalan, bagaimana melahirkan karya namun bagaimana bertahan hidup, bagaimana berdialog, dan bagaimana proses kreatif dimaknai sebagai bentuk keimanan.<span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Rori Siregar merasa begitu mesra dengan dunianya, menyadari bahwa menulis dan membaca adalah suatu kebutuhan setelah dia mencoba menghentikannya. Berhenti membaca, seakan-akan membuatnya gila. Berhenti menulis terasa menyiksa. Menulis ternyata merupakan kebutuhan yang sukar dia tolak. Sejak itulah dia merasa perlu berdialog dengan siapa saja dan dimana saja. Menulis buat dia adalah alat untuk berdialog. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Sungguh tempaan hidup dan kerja keras, selalu kreatif dalam berkarya telah melahirkan jiwa-jiwa besar. Dalam berkarya dituntut totalitas dan loyalita, karena proses pertemuan dengan kreatifitas tidak terjadi tiba-tiba melaikan memerlukan waktu yang lama bahkan membutuhkan waktu seumur hidup.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Nasjah Djamin begitu lugas mengungkapakan perasaannya, memaknai menulis dan melukis sebagai nafas hidupnya; <i>Saya tidak bisa berbuat lain, menulis dan melukis seperti kebutuhan bernafas untuk hidup kenapa demikian karena dunia menulis dan melukis adalah bumi yang aku kenal, bumi yang lain tidak sempat aku kenal kareana untuk menyelami yang ini saja butuh waktu satu umur manusia.<o:p></o:p></i></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Kita kemudian sampai pada pemaknaan holistik dari suatu proses kreatif yang diungkapkan Pramoedya Ananta Toer bahwa, kerja kreatif adalah suatu bentuk keimanan. Pulau di mana <i>kawula</i> meleburkan diri pada <i>Gustinya,</i> Pulau di mana waktu berhenti bekerja, dan kerja kreatif di dalamnya merupakan keimanan. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;">Setidaknya ada tiga pelajaran penting yang dapat kita petik dari buku ini. <span style="font-style: italic;">Pertama, </span>kita bisa mengetahui proses penciptaan karya mereka. Suatu proses alamiah, benturan antara realitas keseharian dengan ide, kemudian dibalut dengan teknik menulis yang baik maka jadilah karya-karya mereka tercatat dalam kesusastraan Indonesia dan dibaca setiap generasi. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Kedua,</span> kita jadi tahu perjuangan mereka melahirkan sebuah karya. Suatu karya tidak lahir dengan tiba-tiba namun melalu proses panjang, penyatuan antara penulis dengan karya yang hendak ditelurkan membuat karya tersebut seakan hidup dan memberi kehidupan untuk si penulis dan si pembaca. </p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style="font-style: italic;">Ketiga,</span> boleh jadi kita mendapat pelajaran dan inspirasi dari proses kreatif mereka. Membaca karya mereka saja sudah mampu menginspirasi setiap pembaca, apalagi bila kita menelisik bagaimana proses karya tersebut lahir, tentunya menjadi lautan inspirasi maha luas yang siap diarungi.</p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><span style=""> </span></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style="text-align: justify;"><!--[if !supportEmptyParas]-->
<br /></p><p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> <p class="MsoNormal" style=""><!--[if !supportEmptyParas]--> <!--[endif]--><o:p></o:p></p> gafurdjalihttp://www.blogger.com/profile/09165661148707871828noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-86494780821762267012010-02-18T20:27:00.000-08:002010-02-18T20:30:53.010-08:00Tiga Sajak Pendek Tentang Rasa Yang Bergelayut di Dada: untukmu..<br /><br />sayang<br />tak pernah sampai aku <br />ke makna, <br />tiap kata ini terucap.<br /><br />namun aku yakin, <br />sempat mengakrabinya.<br /><br />bukankah ia yang mencipta bulan yang caya <br />di bening kau punya mata?<br />gelisah yang membasahi tiap jengkal kelopaknya, <br />membisakan aku berenang jelajahi luas samudera<br />Nya.<br /><br />rindu<br />tak lagi ada suara kau. <br />keluh, cerita, atau sekadar tawa <br />yang kau selipkan di ujung canda. <br /><br />kerap aku mengigau, <br />mungkin kau telah terbiasa, melumatkan duka <br />tanpa sudi aku kau serta.<br /><br />sepi<br />selalu sempat kurapal <br />mantra sederhana<br />di pahit kopi yang kusesap,<br />di asap tembakau yang syahdu kulesap,<br /><br />hanya sesia doa agar kau baik saja,<br />senaif pinta agar kau bahagia,<br />atau mungkin sekosong harap<br />hening ini takkan membunuhku segera.Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-86049224845524225472010-02-18T20:25:00.000-08:002010-02-18T20:27:17.652-08:00mantra perdua malamkopi<br />ada kenangan yang karam, mengampas di tubuhnya. kekelaman. kelingaran. mara.. o, luka. o, duka. tak seputih pun suka.<br /><br />rokok<br />puih. mengasap buih. melenyap perih. meredam rintih. bergegas, tertatih. o, duhai kau yang mengaburkan nyata dan maya. kemana tuan hendak ajak hamba? <br /><br />puisi<br />di tubuh kau semua bias. pias. <br />o, lekas..Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-48974460533015530052010-02-18T20:24:00.000-08:002010-02-18T20:25:26.697-08:00mohon awan pada hujan: kau..<br /><br />"jangan terburu ajarkanku <br />bagaimana menghapus kenangan, <br />rindu aku akanmu <br />belum tuntas kupuaskan"<br /><br />januari 2010Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-51756827071004502562010-02-18T20:22:00.000-08:002010-02-18T20:23:24.255-08:00tentang sajakkutak perlu berkeras.<br />siasia kau cari makna.<br />aku menakdirkan mereka hanya jadi mantra.Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-33319454229951577772010-02-18T20:21:00.000-08:002010-02-18T20:22:32.584-08:00di tamanberapa lama kita tak bicara tentang hidup?<br />yang merindu redup demi redup.<br />(aku melihat daun yang menggugurkan dirinya. nanti ia akan jadi senyawa berguna bagi inang yang ia tinggal. sungguh, demi cinta ia rela tanggal)<br /><br />sudah berapa dingin yang engkau cecap?<br />berapa gerah yang engkau resap?<br />(bungabunga di tamanmu mulai ngembang. mengungu, memerah, <br />biru..)<br /><br />duhai kau yang mencumbu sepi,<br />nanti bakal ada senyap yang lebih duri.<br />(rumput liar yang hijau itu seakan enggan melepas napas. meski tubuhnya kau injak, kau tekan hingga lesak)<br /><br />Desember 2009Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-10320602221059578722010-02-18T20:20:00.000-08:002010-02-18T20:21:33.195-08:00di pernikahan kau 2di luar, hujan menderas. seakan ingin membilas sakit<br />yang tibatiba menoda di hati.<br /><br />lengking rinainya seolah coba menghapus sepi<br />yang seketika menderas di nadi<br />kami.<br /><br />tangantangan hujan yang makin rimbun<br />mengajakku cepatcepat pulang.<br />ia berbisik: “aku ingin membantu kau menyamarkan<br />air mata.”<br /><br />“tak ada air mata,” kataku. “merasuk saja ke dirinya lekas. aku sungguh tahu, air mata<br />di hatinya lebih deras..” <br /><br />tahukah kau hujan? suatu ketika, di waktu yang hendak samasama<br />kami lupa, kami lebih senang memelihara tawa.<br /><br />lagipula, hari ini kami <br />sedang tidak ingin <br />berduka.<br /><br />Desember 2009Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-91356633348588028672010-02-18T20:19:00.000-08:002010-02-18T20:20:12.734-08:00di pernikahan kauketika kau ucap ayatayat syahdu,<br />tersadarlah aku;<br />tak ada yang selamanya,<br />yang kini, kelak akan menjadi purba.<br /><br />ketika bibirnya mengecup lembut ujung dahimu,<br />pahamlah aku;<br />yang nyata adalah maya,<br />dan masingmasing kita dikutuk memahaminya.<br /><br />ketika tak ada air mata deras di pipimu,<br />insyaflah aku;<br />tak guna duka di atas bahagia,<br />kita telah sama dewasa,<br /><br />bukan?Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-31897167566331902432010-02-18T20:17:00.000-08:002010-02-18T20:19:15.825-08:00di sepi malamdetak detik,<br />kerik jangkrik,<br />denting ranting,<br />derak ombak.<br /><br />di malam sepi suara seperti sekarang, sungguh tak ada yg lebih aku rindukan selain dengus napas kau yg tertidur lelap di ujung telepon, meninggalkan aku yg tetap terjaga, menjaga agar kenangan tak jadi mimpi buruk di lelap kau malam ini.<br /><br />tidurlah sayang. aku kembali tak lelap demi mimpimu.<br /><br />Desember 09Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-87939798895947272010-02-18T20:14:00.000-08:002010-02-18T20:17:08.405-08:00adakalatak guna berkeras pada tanya.<br />bukankah kau lebih suka mengosongkan isi kepala<br />dan menyerah pada ada?<br /><br />arti yang kuucap, misteri yang kuungkap,<br />tak pernah kau tanggapi kerap. lalu mengapa kau<br />paksa aku jelaskan terang pada kau, makna apa <br />yang kukejar dalam hidup?<br /><br />tak guna berkeras pada tanya, yang tak bisa kau pahami,<br />yang tak mudah kau mengerti, walau aku menjawab dengan bahasa <br />yang lugas sahaja. namun sayang, diamku ini paling tidak bisa buat kau paham, <br />sebagai manusia, aku sungguh tak sederhana.Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-3101024147957488402009-12-19T14:56:00.000-08:002009-12-19T15:02:49.758-08:00Negeri Para Kufar<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href=""><img style="float:right; margin:0 0 10px 10px;cursor:pointer; cursor:hand;width: 128px; height: 180px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyh6ovn0Ho9iAiSD7QazZJstk5v3G_XTQ9jlVjsazIiNLJJUaAsMydw48E0G4NrxkFLZwmNn2ioAzqDRKEc1_pQMNGGhMMBrMAYm6QjIUkIGULpcAIwnPZD0FbUCUFwyRZY7y2EXRxKr6f/s320/democrazy-call-for-kafirs.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5417085815761010738" /></a><br />Negeri para kufar<br />Nafsu dewan terhormat sebagai Tuhanya<br />Uang dan <span style="font-style:italic;">sex</span> lengkapi kekuasaan<br />Hamparan bidak jelata diperbudak <br />Di negeri sendiri memuja P.B.B kedok U.S.A<br /><br />Sistem negeri para kufar<br />Hukum Islam kolaborasi selangkangan setan<br />Lahirlah faham zionis berkedok demokrasi<br />Tipu daya invansi konseling sekulerisasi<br />Membungkam syariat ajaran suci para nabi<br /><br />Penguasa negeri para kufar<br />Siapa yang berkuasa, siapa pula jadi daki<br />Menari menegak wiskey berlabel 100% H.A.L.A.L<br />Bercumbu rayu dengan setan masih merasa suci<br />Tak peduli rakyat sendiri meratap setengah mati<br /><br />Rakyat negeri para kufar<br />Ego diri menjadi perisai sebelum mati<br />Meringis si miskin jilati ujung belati<br />Sedang si kaya telan mentah peluru <span style="font-style:italic;">mitraliur</span><br />Berharap selamat mengerat karat niraya<br /><br />Solusi negeri kufar<br />Hijrah, migrasi sistem Illahi<br />Tegakkan tonggak kuat supremasi hukum <br />Bukan hati nurani apalagi gelimang materi<br />Revolusi, revolusi Islam jadi solusi!<br /><br />November 09Chanhttp://www.blogger.com/profile/14555610045049318413noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-25120177225773944412009-11-21T09:23:00.000-08:002009-11-22T03:49:50.360-08:00Musim Penghujan<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCuULBXBfRB0jm2DarAwkEy3poe5QNd8_ih0iBT2QHWyxXyRcKF2pR5xtWA1YAIQtp1XtHFbDqllf2eaYeZ4WkqwqvCI41X7Xz3hC3QuigrtH9XOL89Hlr8ly9lrOdSBBe4PdOzOaPoRs/s1600/gerimis.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 119px; height: 250px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCuULBXBfRB0jm2DarAwkEy3poe5QNd8_ih0iBT2QHWyxXyRcKF2pR5xtWA1YAIQtp1XtHFbDqllf2eaYeZ4WkqwqvCI41X7Xz3hC3QuigrtH9XOL89Hlr8ly9lrOdSBBe4PdOzOaPoRs/s400/gerimis.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5406612667488551842" border="0" /></a>sore diselimuti mendung rinaimu<br />sudut-sudut kota digelayuti sepi<br />hari serasa mati tak berkedip<br />hanya sumpah serapah terdengar<br />terselip suara pedagang kaki lima membungkus lapaknya<br />sementara petani ladang menyiapkan persembahan<br />sesajen musim tanam telah tiba<br />di Ibukota semua orang sibuk menyambut tamu tahunan<br />banjir siap melayat<br />mengunjungi setiap sudut kehidupan<br />bahkan jika sempat<br />sowan Presiden di Istana Negara<br />musim hujan, musim penuh warna<br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjETFKv7VQYUO_SEy13lKtTsPEgxI9NgAyUaCZHf3GlFxDZ1wbAR0m1yln1PeelcJVl2F4F5YUeklOE9hzi0XYkufd76r0b0wCmI-aSwjfWfn2v1eDf_PGFZdOe2IKYAEzAlM4_UO8gFZE/s1600/Rainbow.jpeg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 125px; height: 215px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjETFKv7VQYUO_SEy13lKtTsPEgxI9NgAyUaCZHf3GlFxDZ1wbAR0m1yln1PeelcJVl2F4F5YUeklOE9hzi0XYkufd76r0b0wCmI-aSwjfWfn2v1eDf_PGFZdOe2IKYAEzAlM4_UO8gFZE/s400/Rainbow.jpeg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5406611673737184690" border="0" /></a>seperti pelangi yang kau titipkan<br />lalu kau hapus dengan gerimis<br />perlahan hujan menjama bumi<br /><br /><br />Jogja, 21 Nov 09<br /><span style="font-size:78%;"><br /><br /><br />Gambar</span><a href="http://http//images.google.com/imgres?imgurl=http://lazuardi421.files.wordpress.com/2009/06/gerimis.jpg&imgrefurl=http://lazuardi421.wordpress.com/2009/06/18/gerimis/&usg=___3nbhV6j2aD2kfy8amtFL48KJGU=&h=768&w=1024&sz=121&hl=en&start=2&tbnid=dG2Nkp5mEiB0uM:&tbnh=113&tbnw=150&prev=/images%3Fq%3Dgerimis%26hl%3Den">,</a><a href="http://http//images.google.com/imgres?imgurl=http://kfk.kompas.com/system/files/imagecache/sfk_preview_600x600/gerimis_bubar.jpg&imgrefurl=http://kfk.kompas.com/sfkphotos/2009/05/20/gerimis-bubar-19541&usg=__RLmv7Kvg10II5dtPMkL2HncupY8=&h=435&w=580&sz=49&hl=en&start=6&tbnid=pGOB3bpTGCmGxM:&tbnh=101&tbnw=134&prev=/images%3Fq%3Dgerimis%26ndsp%3D18%26hl%3Den%26sa%3DN">,</a><a href="http://http//images.google.com/imgres?imgurl=http://www.mandalas.freeserve.co.uk/images/Rainbow.jpeg&imgrefurl=http://sangprofesor.wordpress.com/2007/05/15/warna-warna-cinta/&usg=__TotLCinHWERe3e5iXEX6QoH_5w0=&h=455&w=298&sz=15&hl=en&start=29&tbnid=REUdnCc5NxZI9M:&tbnh=128&tbnw=84&prev=/images%3Fq%3Dgerimis%26ndsp%3D18%26hl%3Den%26sa%3DN%26start%3D18">,</a>gafurdjalihttp://www.blogger.com/profile/09165661148707871828noreply@blogger.com6tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-45725239105037441542009-11-15T09:22:00.000-08:002009-11-15T09:26:08.025-08:00Perpustakaan Emperan, Komunitas Tanpa Nama<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOBJrui6-bPL3qNHHTp80f10lz41t6acQId9yQNL925ifcblIU7EewH4KPHVrFWQZ1Jt3lbdh-XbcSwGzUZWz2cHMorHWXwX_ynuuQmVtuA8Gu4NkIit67l8Brb5h_HgPwz0B8Do_x58o/s1600-h/10130_1238550891231_1453037190_662790_8122062_n.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOBJrui6-bPL3qNHHTp80f10lz41t6acQId9yQNL925ifcblIU7EewH4KPHVrFWQZ1Jt3lbdh-XbcSwGzUZWz2cHMorHWXwX_ynuuQmVtuA8Gu4NkIit67l8Brb5h_HgPwz0B8Do_x58o/s320/10130_1238550891231_1453037190_662790_8122062_n.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5404382835689696754" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP6I4yvoUgwiAfNBXdemRw8V5nlMy8HrnVlqSeyoZDxyUASGCh5DhmGp1-S4219SbP79uxPduYslugtknz0vyee1DuoScI9PWHkSrCEqXEvWtR10TYOd1blTAAA0Vy17WL4WC2fbJJZyM/s1600-h/10130_1238550051210_1453037190_662789_2109223_n.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhP6I4yvoUgwiAfNBXdemRw8V5nlMy8HrnVlqSeyoZDxyUASGCh5DhmGp1-S4219SbP79uxPduYslugtknz0vyee1DuoScI9PWHkSrCEqXEvWtR10TYOd1blTAAA0Vy17WL4WC2fbJJZyM/s320/10130_1238550051210_1453037190_662789_2109223_n.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5404382833218182354" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYw7AQ8obdZ4uFJI3WNflwUCe0V5OMNmairJMxZ7QyFpiSXIGKm4eoJGVVfKCf9RApvAsPYFZWTI917fkE0ZIOHU0WqYmykRLmNXN3w3iNLpqItbWRTe4QtcuOCZsl0gSEJtxgntjtxQw/s1600-h/10130_1238549331192_1453037190_662788_3242233_n.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 240px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYw7AQ8obdZ4uFJI3WNflwUCe0V5OMNmairJMxZ7QyFpiSXIGKm4eoJGVVfKCf9RApvAsPYFZWTI917fkE0ZIOHU0WqYmykRLmNXN3w3iNLpqItbWRTe4QtcuOCZsl0gSEJtxgntjtxQw/s320/10130_1238549331192_1453037190_662788_3242233_n.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5404382827283027074" /></a><br /><span style="font-weight:bold;">Kali terakhir saya mengunjungi Jogjakarta, bulan Ramadhan lalu. </span>Saya bertemu dengan Dimas Pratisto, seorang kawan di Komunitas Tanpa Nama (KTN), komunitas sastra yang kami dan delapan orang kawan lain bentuk di Jogjakarta. Siang hari yang panas itu, saya berjanji betemu dengan Dimas di tempat usahanya, warung masakan Aceh di daerah Baciro, dekat Asrama Mahasiswa Aceh di Yogyakarta. Ketika saya sampai di Baciro, Dimas sudah ada di sana. Dia lalu mengajak saya untuk mengobrol di dapur warungnya, sebuah kontrakan di dekat situ.<br /><br />“Biar lebih santai,” katanya. Saya pun mengiyakan. Kami lalu beranjak ke sana.<br /><br />Sesampai di kontrakan, Dimas membuatkan kopi. Kami mengobrol santai sambil menyeruput kopi yang ia buatkan. Kami berdua sedang tidak berpuasa. Saya, hari itu akan melakukan perjalanan jauh, pulang ke Lampung. Karenanya saya malas berpuasa. Dimas, dia agnostik, tak terlalu percaya tuhan ada (hahaha). Setelah beberapa obrolan basa-basi sekadar, saya mengutarakan maksud saya bertemu dengannya siang itu. Saya bilang ke dia, saya tidak bisa lagi menetap di Jogjakarta. Saya sudah terikat ruang lain. Untuk sementara, saya akan tinggal di Lampung, menyenangkan hati orangtua saya agar menetap di sana, sembari mencari kemungkinan “ruang” lain. Karenanya, segala kegiatan yang ada di Jogjakarta, sedikit terpaksa harus saya tinggalkan. Termasuk kegiatan komunitas.<br /><br />Tapi, karena saya sudah terlanjur jatuh cinta dengan kegiatan menulis dan berkomunitas, saya bilang ke dia, bahwa saya ingin membuat komunitas sastra di kampung halaman saya, Kalianda, ibukota Kabupaten Lampung Selatan. Komunitas baru, dan tentu saja, orang-orang baru. Di dapurnya itu, saya sekaligus berpesan agar kegiatan komunitas kami jangan sampai mengendur. Sayang sekali jika komunitas yang sudah kami bentuk dengan mengorbankan tidak sedikit waktu dan tenaga harus berhenti di tengah jalan. Dimas mengiyakan.<br /><br />“Kamu yakin mau bentuk komunitas baru?” Tanya Dimas kemudian.<br /><br />“Kenapa tidak melanjutkan komunitas yang udah ada aja?” tanyanya lagi.<br /><br />“Kan kamu tinggal cari orang-orang buat aktif di komunitas.”<br /><br />“Lagipula, beberapa kawan komunitas suatu saat pasti juga balik kampung seperti kamu,” ujarnya.<br /><br />“Nanti mereka yang balik kampung juga, suruh buat KTN di daerahnya masing-masing,”<br /><br />“Nanti sapatahu malah kita bisa bikin jaringan nasional dari bibit-bibit komunitas yang kalian bentuk, ” kata Dimas lagi.<br /><br />Saya lalu berpikir, usulan Dimas untuk “memindahkan” KTN ke kampung halaman saya tak ada salahnya. Mimpi membangun jaringan komunitas yang lebih luas tentu saja mimpi yang masuk akal. Lagipula, dengan cara ini, ikatan emosional saya dengan kawan-kawan komunitas di Jogja bisa tetap ada. Sebenarnya juga, saya agak berat pisah dengan mereka. Saya lalu menyetujui usulan Dimas.<br /><br />Tak terasa, kopi sudah habis. Sudah jam dua lewat tiga puluh. Telepon genggam saya berbunyi. Ternyata Didik menelepon. Didik kawan kuliah saya, juga asal Lampung. Hari itu saya dan dia naik bis yang sama. Dia marah-marah kepada saya. Setengah jam lagi bis yang kami tumpangi akan berangkat.<br /><br />“Cepet balik woy,” kata Didik. Untung saja dia menelepon, kalau tidak saya pasti lupa waktu. Dan saya tiba-tiba teringat, saya bahkan belum mengepak pakaian.<br /><br />Setelah berpamitan dengan Dimas dan menitip salam ke kawan-kawan komunitas yang lain, saya bergegas menuju kosan Didik.<br /><br />Di bis menuju Lampung, entah kenapa saya sedikit sedih meninggalkan Jogja, kota yang lima tahun lebih saya tinggali. Lesehan pinggir jalannya, warung-warung kopi serta obrolan-obrolannya, orang-orangnya, suasananya, semua.<br /><br />***<br /><br /><span style="font-weight:bold;">Setelah sampai di Lampung, saya berpikir keras. </span>Kegiatan awal apa yang bisa mengumpulkan kawan-kawan untuk berkomunitas? Dengan modal saya yang tidak seberapa tentunya. Lalu saya melihat buku-buku saya yang tersusun di lemari. Saya kemudian berpikir, kenapa tidak mencoba membuat perpustakaan pinggir jalan? Orang-orang yang datang membaca bisa saya ajak bikin komunitas. Paling tidak, saya bisa sedikit beramal. Mumpung ini masih bulan puasa. Saya kemudian mengumpulkan semua buku di dalam lemari. Ternyata cuma ada satu kardus, dan kebanyakan buku-buku sastra. Saya pikir lumayanlah untuk perpustakaan kelas emperan.<br /><br />Setelah yakin mau bikin perpustakaan emperan sebagai mula kegiatan mengumpulkan orang-orang untuk berkomunitas, saya kemudian menemui Napoleon Bonaparte. Dia biasa dipanggil Leon. Dia aktif di Asosiasi Seni Independen Kalianda (ASIK). Dia menjabat ketua. Saya langsung mengingat dia dan ASIKnya, soalnya mungkin saja dia tertarik dengan kegiatan sosial non profit seperti ini. Lagipula, saya tahu dia juga senang menulis. Saya pun menemuinya di distro tempat biasa dia nongkrong.<br />Ketika bertemu dengan dia, saya tanpa basa-basi langsung bertanya: “Lu sibuk ga Yon?”<br /><br />“Ngemper yuk, ngabuburit sambil buka perpus,” ajak saya.<br /><br />Dia menanyakan maksud saya lebih lanjut. Saya lalu menceritakan kehendak saya, tentang keinginan berkomunitas, saran Dimas di Yogyakarta, dan lainnya. Tak menyangka, dia mengiyakan ajakan saya.<br /><br />“Ya udah, kalo lu setuju besok gua bikin spanduknya,” kata saya.<br /><br />“Kalo spanduknya udah jadi, tar gua hubungin ya,” kata saya lagi. Saya senang dia bersedia bantu-bantu saya.<br /><br />Tapi ternyata, spanduk tidak bisa jadi cepat. Baru bisa jadi tiga hari kemudian. Padahal lebaran tinggal lima hari lagi. Saya hitung-hitung, perpustakaan bakal tidak efektif. Saya lalu menjumpai Leon lagi, dan bilang ke dia kalau kegiatan perpustakaan tidak jadi dilaksanakan di akhir bulan puasa ini. Mungkin setelah lebaran baru bisa dilaksanakan. Lagi-lagi, Leon mengiyakan. Saya merasa agak sedikit bersalah karena kegiatan tidak jadi jalan, padahal dia sudah semangat membantu. Dan waktu saya konfirmasi ke dia kalau jadwal ngemper diundur, dia bilang ada beberapa orang yang tertarik dan mau bantu. Dan ada beberapa bahkan tertarik buat menyumbang buku. Ah, saya jadi tambah merasa bersalah. Tapi mau bagaimana lagi, mengingat hari lebaran yang sudah di depan mata, dan sarana kegiatan belum lengkap, mau tidak mau kegiatan harus saya batalkan.<br /><br />***<br /><br /><span style="font-weight:bold;">23 Oktober 2009. </span>Sudah empat hari ini perpustakaan emperan yang saya rencanakan berjalan. Setelah lama tertunda karena tetekbengek silaturahmi paska lebaran, dan ada beberapa keperluan yang harus saya lakukan, akhirnya mimpi ini bisa terealisasi.<br /><br />Tadinya saya ingin mengajak Leon untuk menemani saya ngemper. Tapi ternyata dia sedang sakit, terkena tipes.<br /><br />“Ya udah, lu istirahat aja dulu. Biar gua sendiri aja,” kata saya.<br /><br />“Ga, gua bisa kok, besok gua temenin,” jawab Leon. Dia memang sedikit keras kepala walau kepalanya tak sekeras saya. Hahaha.<br /><br />Ternyata, kekeraskepalaannya tidak bisa menyembuhkan sakit yang dia derita. Kabarnya, kondisi badannya semakin menurun. Tentu dia tak bisa menemani saya ngemper, buka perpustakaan.<br /><br />Untungnya M Nur Andriansyah, saya biasa memanggilnya Bang Andri, bersedia menemani saya memermalukan diri, ngemper di trotoar dekat bunderan tugu Adipura, dekat kantor Bupati Lampung Selatan. Mulai dari awal buka perpus sampai hari ke empat ini, dia menemani saya, mulai dari memasang spanduk, menggelar tikar, menyusun buku, makan batagor, minum es buah, sampai bengong-bengong menunggu orang-orang yang sudi mampir dan menumpang baca.<br /><br />Ternyata, minat baca di Lampung Selatan memang tidak sebagus Jogja. Hari pertama, cuma ada dua orang perempuan yang membaca sebentar. Salah satunya malah mencari buku hukum berbahasa inggris. Rupanya, dia kira saya sekaligus berjualan buku. Ada-ada saja. Pengunjung lain, hanya beberapa orang kawan yang lewat dan mampir untuk sekedar menyapa. Hari ke dua tak jauh beda. Cuma, ada seorang mbak yang mampir untuk melihat-lihat dan menawarkan bantuan buku. Saya cuma mengiyakan. Hari ke tiga pun begitu.<br /><br />Hari ke empat ini, lebih lumayan dari hari-hari sebelumnya. Ada dua orang bapak, yang satu datang membaca sembari menunggui istri dan anaknya yang sedang menghabiskan waktu sore di lapangan Pemda, dan satunya mampir membaca sejenak setelah menjemput anaknya yang berlatih Volley. Lalu ada seorang mbak yang mampir baca, dan setelah beberapa kali membolak-balik halaman beberapa buku, dia bilang: “Wah, berat-berat. Pusing mbak bacanya.” Mbak itu, juga menjanjikan akan memberikan buku untuk disumbangkan, saya juga mengiyakan tawarannya.<br /><br />Sedikitnya orang-orang yang datang baca, malah makin menyemangati saya untuk terus melakukan kegiatan ini selama saya masih punya tenaga dan waktu yang cukup. Ala bisa karena biasa, bukan? Perpustakaan emperan ini, rencananya akan rutin saya dan Bang Andri buka di trotoar bunderan Tugu Adipura setiap hari. Mulai dari jam tiga sampai menjelang maghrib. Mudah-mudahan tetap bisa konsisten dan tetap punya kelebihan waktu dan tenaga. Tentu saja, karena ini masih kegiatan awal, mungkin ada beberapa hari perpustakaan tidak bisa buka.<br /><br />Ke depannya, saya kepingin buat klub diskusi penulisan. Saya rencananya memeruntukkan klub ini buat kawan-kawan pelajar di Kalianda. Walau saya bukan penulis yang baik dan kesohor, siapa tahu dari kegiatan ini saya bisa bantu-bantu kawan-kawan pelajar yang punya bakat menulis buat mengembangkan kemampuannya. Dengan cara berdiskusi dan bertukar pengalaman tentu saja. Saat ini, saya masih menulis dan mengumpulkan bahan-bahan buat rencana saya ke depan itu. Yang entah, bisa terwujud atau tidak. Yang penting niat dulu sajalah, urusan terealisasi atau tidak, itu permasalahan ke sekian, bukan?<br /><br />***<br /><br />NB: Tulisan dan kegiatan saya ini, saya peruntukkan buat kawan-kawan KTN di Jogja. Mudah-mudahan kalian tetap tidak bosan berkomunitas, paling tidak untuk sekedar ngumpul dan berbagi cerita. Ayo!Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-27199630216095139662009-11-06T06:16:00.000-08:002009-11-06T06:32:50.747-08:00biar kutitipkan kau pada semestabiar kulepaskan kau bayi mungil lucuku<br />bayiku gemuk berkulit gelap<br />bermata sayu dan berbibir agak tebal<br />beri kesempatan aku untuk melupakanmu<br /><br />biar kutitipkan kau pada semesta<br />sebab merawatmu,<br />sama saja menyaksikan kematianmu pelan-pelan<br />rambut kriting hitam di kepalamu<br />belum mengerti mahalnya susu dan makanannmu di negeri ini<br />harganya telah membuat ayahmu mati kemarin pagi<br />dikeroyok manusia satu terminal<br /><br />di tanah yang katanya surga tropis ini<br />srigala dan setan bersindikat menjadi raja rimba<br />ini persoalan tak sederhana, nak<br />matamu sayumu terlapau bening untuk paham segala<br />jadi, biarkan kutitipkan kau pada alam raya<br />tidur yang nyenyak di keranjang ini,<br />menagislah esok di dingin pagi<br />semoga seorang bingung berkenan menjemputmu<br /><br />kelak jangan percaya pada siapun<br />jangan pernah cari aku, ibumu<br />apalagi ayahmu<br />: ia telah mati kemarin pagi<br />dibacok orang satu terminal<br />lantaran ketahuan menyobek tas seorang penumpang<br /><br />jangan pernah cari aku<br />aku akan mulai berdandan dan bersahabat dengan malam<br />menjual daging berlendir<br />sambil menertawakan nasib yang makin muram<br />ijazah tamat SMPku, sudah lama aku lupakan<br />telah lama hilang bersama banjir dan hujan di rumah bocor kita<br />tidurlah dan esok pagi menangislah<br />aku, ibu kandung yang secara halal dan sah menikah dengan ayahmu<br />akan pergi mengganti semua identitas<br />kau bukan anak haram,<br />hanya saja kau lahir pada keluarga yang salah<br />kami manusia miskin yang tak mau berbagi kemiskinan denganmu<br />sayang<br /><br /><br />2009irwanbajanghttp://www.blogger.com/profile/11162673999644131385noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-83862304576418120752009-11-01T00:29:00.000-07:002009-11-06T06:39:45.805-08:00Tersungkur Darah PalestineSecangkir coklat sudah tak nikmat<br />Dentuman peluru berbisik risih<br />Kepada kepala penjaga kesucian<br /><br />Segar darah bercampur jeritan<br />Menjadi pembuka kebiadaban agresi<br />Derita Palestine tak berhenti<br /><br />Menggenang segar air kemerahan <br />Udara yang tenang telah menghitam<br />Dan batu berderu menjadi debu<br />Bendera jihad berkibar berlumur peluh<br /><br />Sedang aku tersungkur lupa makna<br />Ketika engkau terluka, maka ku terluka<br />Engkau bergerak, aku masih menyepi<br />Terdiam bak tak punya arti<br /><br />Surakarta, 28 Oct 2009<br /><blockquote><br />Untuk kalian yang paling merasa suci dengan harokahmu!<br />Untuk kalian yang merasa paling ahlu sunah!<br />Untuk kalian yang berkiblat pada MUI!<br />Untuk kalian yang punya hati tak peduli dan tak bernyali!<br /></blockquote>Chanhttp://www.blogger.com/profile/14555610045049318413noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-25473847557257003852009-10-27T07:22:00.000-07:002009-11-06T06:40:19.200-08:00Bersemi KembaliDedaun hijau belajar untuk tumbuh<br />Memenuhi sudut sempit temui pagi<br />Tersenyum seakan hidup kembali<br />Garis mentari naungi sisi kiri<br /><br />Akar mulai menjelajahi<br />Setitik semangat yang ber-arti<br />Meski syarat akan misteri<br />Benalu bersemi kembali<br /><br />Jogjakarta, 27 Oct 2009Chanhttp://www.blogger.com/profile/14555610045049318413noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-55620032559780225422009-10-19T15:29:00.000-07:002009-10-19T16:04:42.918-07:00Dari Anthology Sampai Berayam-ayam<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.tanpanamakita.co.cc/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 136px; height: 136px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj697NNv3-ps7slEyDgTwh45sLF0jVn2LWbzsLRuUDIjKsqwE2LyWJLUAa44V8UL3XwXeR-kbHJIjA3_nazWmlZeSbvWJSOmn4v2cnvPGUzSDtxAb6VMloG8-yBamVZC41MiLALFA0uJIo/s200/tanpanama_kopdar.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5394450528021612178" border="0" /></a><br />Pasti yang di garis bawahi berayam-ayam ni, sabar kita orang nak cerita tentang kopdar di bundaran UGM malem senin tertanggal 18 Oktober 2009. Dengan sedikit perjuangan akhirnya kita berkumpul bareng lagi. Memang berkumpul bersama KTN meski perlu perjuangan mesti ngorbanin kesibukan sendiri.<br /><br />Rencana pertama kopdar minggu ini dilakukan pagi hari sebelum matahari terbit setelah subuh jam 5 pagi, berhubung beberapa kendala akhirnya di ganti jam 19.00(kira-kira). Malam kopdar kali ini tak penuh seperti biasa, yang nampak saat itu sekitar 60 orang antara lain Tampan Bajang, Romantisme Toilet Kata, Bijak Paradoks, Misterius Djali, Cute Abies Mega Ai dan tentu saja Lonely Chan hehe biar kalian tersungging. Tetapi pertemuan kali ini tak terlalu larut sekitar jam 22.30 udah bubaran, apalagi Mega Ai yang hobi bolos maklum anak kuliah yang rajin lagi banyak tugas. Klo Chan malah telat dateng biasa klo cuman SMS ga mau dateng, harus di telephone 1 jam baru dateng. hehe..<br /><br />Okay, setelah <span style="font-style: italic;">ngalor ngidul</span> kita bergunjing bermesraan (hii..) akhirna beberapa keputusan yang wajib di simak para Tanpa Nama,<br /><br />1. Bagi kalian manusia Tanpa Nama di haruskan membuat Resensi tentang buku yang akan kita launching "Tralala Trilili" dan di posting di kamu punya site personal atau blog.<br /><br />2. Kita orang nak bertandang ke tempat Bung Saut buat ritual (weleh..) untuk waktu kita masih menyesuaikan.<br /><br />3. Dalam waktu dekat, Bung Paradoks akan launcing rumah makanya yang akan di berinama yang luarbiasa yang menyalahi etika bahasa yaitu "berayam-ayam". Yang akan menyajikan makanan dari pagi sampai malam. Tempat ini juga bakalan jadi bascamp anak KTN juga tempat launching buku "Tralala trilili".<br /><br />4. Masalah Privasi silahkan hubungi yang kemaren dateng. Tentang sistem penjualan buku Tralala Trilili termasuk dari harga sampai distribusi.<br /><br />5. Selesai<br /><br />Berikut tadi hasil daripada kita kumpul di Bunderan UGM kemudian pindah ke Kampung Lembah UGM dimana di situ akan di buat Restauran berbintang "Berayam-ayam". Bagi yang senang berayam-ayam silahkan datang. Mungkin itu saja yang bisa kita laporkan selebihnya dikurangi nanti bisa ditambah di kolom komentar. - ChanUnknownnoreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-11039548297639283352009-10-16T08:55:00.000-07:002009-11-06T06:40:46.059-08:00Esekusi HatiMenapaki lagit-langit tak bertepi<br />Temani purnama yang menagis pilu<br />Dalam pelukan mendung haru kelabu<br />Merajut metafora di ujung malam<br /><br />Sisa perjalanan di ujung gelap<br />Purnama beranjak tinggalkanku<br />Sepertiga malam kembali aku berhenti<br />Merangkum kata-kata tak aku fahami <br /><br />Diantara bahasa dan hati yang mencekam<br />Apalah arti persahabatan tak berenergi<br />Mulai lelah ratapi rindu tak terkendali<br />Kemudian berakhir setelah muncul mentari<br /><br />Bersama air mata aku mencoba<br />Memaknai semua rasa, nada, kata, sketsa jiwa<br />Menghakimi kegundahan perpisahan hati<br />Ilahi Robbi yang terakhir mengeskusi <br /><br /><br />Dariku yang takkan melupakanmu<br /><br /><br />Surakarta, 16 Oct '09Chanhttp://www.blogger.com/profile/14555610045049318413noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-91826199543934277612009-10-14T09:31:00.001-07:002009-10-14T13:08:13.654-07:00Ode Sepi Untuk SigaretLama aku mematung di depan cermin<br />mematutmatut pakaian mana yang pantas<br />kupakai ke pemakaman kau<br /><br />yang rela membakar tubuhmu sendiri<br />untuk menghanguskan sepi<br />yang beku di tubuhku.Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-67521381355457675592009-10-14T09:29:00.000-07:002009-10-14T13:08:47.474-07:00Satu!mari kita bersepakat,<br /><span style="font-style: italic;">tuk</span> tak menyepakati apapun.<br /><br />aku makin tua,<br />satu angka baru bergelayut di angka dua.<br /><br />dan aku,<br />masih belum apaapa,<br /><span style="font-style: italic;"><br />masih belum apaapa!</span><br /><br />mari bersepakat,<br />kita masih tak menyepakati apapun.<br /><br />kau hijau, aku demikian.<br />masihkah kau menyangkal, aku lebih dari kau sebagian?<br /><br />mari bersepakat, kini kita tak meyepakati apapun.<br />ke depan, kita bersetuju, kau dan aku samasama tahu<br />satu rasa, satu menuju!<br /><br />satu menuju!!Kopi Dan Tembakauhttp://www.blogger.com/profile/08210344718758722037noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-9671988645351017232009-10-09T18:16:00.000-07:002009-10-10T23:36:14.805-07:00Gerilya Untuk Bencana<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh76iLDCNzFAgi3qmMTaXbDVlP_zTu7hjP-z3x8n0IlHWjQ4Nk3L1EWf5gSPsQ4eF35EgHsowKwmzV-wWpnR4X9jdyLlThUgJTVhhVRqVgejR4J28q_rrce6YeRP7mmjLj-HAcJXs1VXCc/s1600-h/tanpanama_peduli.png"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 100px; height: 100px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh76iLDCNzFAgi3qmMTaXbDVlP_zTu7hjP-z3x8n0IlHWjQ4Nk3L1EWf5gSPsQ4eF35EgHsowKwmzV-wWpnR4X9jdyLlThUgJTVhhVRqVgejR4J28q_rrce6YeRP7mmjLj-HAcJXs1VXCc/s320/tanpanama_peduli.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5391209801780365186" border="0" /></a><br />Simak berapa nyawa mesti hilang dan bercak darah mengalir deras bercerita tentang derita saudara kita di bumi Indonesia bagian barat. Sahabat komunitas tanpa nama, undangan besar bagi kita untuk andil dalam mengatasi derita-derita mereka, karena duka mereka derita kita bersama.<br /><br />Undangan untuk kita turun di jalan dengan cerita coretan kita bersama debu jalanan. Mari kita menyepi dari urusan pribadi, salurkan naskah-naskah perjuangan untuk negeri yang setengah mati ingin menghirup udara pagi.<br /><br />Kita tunggu untuk kopdar selanjutnya with project "Ketika Tanpa Nama Bukan Tanpa Makna". Seperti biasa plese confirm to all friend.Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-72763596279642318182009-10-09T06:50:00.000-07:002009-10-11T02:18:57.247-07:00Tralala Trilili<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-SF0FAc7cauEJYrjrAQeQQZffMdXNGghyZYBXjbabxQMMV57eqK8w7jeVArR9TXWttTrf0pvlihdVZlEk8B6i3CgpjAMvOlpj_rR5Bu2dhzkETWkZ5xi67SYZOzylsk3_e80JgbGiG4E/s1600-h/ktn.jpg"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 221px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-SF0FAc7cauEJYrjrAQeQQZffMdXNGghyZYBXjbabxQMMV57eqK8w7jeVArR9TXWttTrf0pvlihdVZlEk8B6i3CgpjAMvOlpj_rR5Bu2dhzkETWkZ5xi67SYZOzylsk3_e80JgbGiG4E/s320/ktn.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5390597688106693138" border="0" />S</a>ebagai pengikat komunitas mereka. Lalu mereka sepakat mengumpulkan tulisan berupa sejumlah puisi, cerpen, essai, flash fiction dan lain sebagainya. Kebetulan di antara mereka beberapa ada yang bekerja di penerbitan buku, sebagai editor, jadi untuk cover, editing, froofing, mereka menggunakan kekuatan sendiri, tanpa harus minta bantuan orang lain. Maka setelah bahan-bahan tulisan mereka terkumpul, mereka memutuskan untuk menerbitkan buku itu melalui jalur “Indie Label”. Sangar, kan?<br /><br />Buku itu diberi judul<span style="font-weight: bold;"> Tralala Trilili</span>. Dengan semangat menggebu, mereka mendatangi penyair Saut Situmorang ke rumahnya, dan meminta ia memberi sebuah catatan penutup untuk kumpulan tulisan itu. Saut pun setuju, dan memberi sebuah catatan penutup dengan judul Sastra Kampus, Sastra Underground, sebuah essai yang mengkritisi posisi mahasiswa dan corak sastra yang mereka hadirkan di tengah situasi social masyarakatnya.<br /><br />Alhasil, setelah mengumpulkan sejumlah uang, entah dari tabungan atau uang saku mereka, dan setelah berjuang tak kenal lelah, buku itupun kini telah terbit dan dijualkan pula secara indie oleh mereka. Ada sebelas orang penulis di dalamnya: Arfin Rose, Dimas Prastisto, Mega Aisyah Nirmala, Mega Ayu Krisandi Dewi, Dhaniel Gautama, Arie Oktara, Rizal Fernandez, Amier Chan, Irwan Bajang, Djali Gafur, Anita Sari.<br /><br />Ini adalah satu lagi bentuk buku indie yang berani tampil di tengah hingar bingar bisnis buku yang semakin market oriented. Penerbit mana yang mau menerbitkan buku kumpulan tulisan dari manusia-manusia tak terkenal seperti mereka ini? Mungkin bagi penerbit, buku ini tak akan memeberi hasil jika diterbitkan, hanya menambah ongkos produksi dan menyurutkan penghasilan. Tapi tidak buat lascar KTN, buku ini adalah sebuah semangat dan sebuah anak bersama yang mereka rawat dan jaga. Sebuah kebanggaan bagi mereka untuk memiliki sebuah buku bersama-sama. Mereka mulai menulis, menerbitkan juga mengedaran buku ini dengan semangat Indie, semangat muda yang menyala-nyala.<br />Apakah Anda tidak tergugah? Siapkan tulisan Anda dan majulah dengan semangat indie!<br />Berikut ini, sebuah kata pengantar yang mereka tulis untuk bukunya. <p><strong>Anak Kami Bernama Tralalatrilili<br /></strong></p> <p>Barangkali kami tak punya cita-cita yang besar ketika memulai berkumpul dan berproses, lalu berniat untuk melahirkan anak bersama kami ini. Tapi begitulah, kami memang tak punya banyak impian kala itu, selain bermimpi anak kami ini lahir dan bisa bermain bersama orang-orang yang kelak (mau) menjadi teman, sekadar kenalan atau bahkan kelaknya bermusuhan. Kami menjaga setiap proses kelahirannya, memberinya gizi yang (barangkali cukup) seimbang, sembari berdoa, kelak anak kami ini menjadi jejak sejarah keberadaan kami. Menjadi cerita bahwa kami pernah ada dan pernah sedikit bermimpi.<br />“Kenapa Tralala Trilili?”<br />“Pertanyaan Anda aneh sekali, tolong jangan tanyakan itu.”<br />“Kenapa? Saya mau tahu!”<br />Waduh, baiklah, akan kami coba jawab seadanya. Tralala Trilili barangkali representasi dari imajinasi nakal kami. Imajinasi yang kadang tak terbendung, kadang garing, aneh, gila bahkan konyol dan tak masuk akal. Tapi percayalah jika imajinasi itu kadang kami rindukan sendirian di pojok kamar kami. Kami jadikan bahan hiburan saat sedih dan patah hati. Kami merangkai tulisan-tulisan ini di kamar-kamar kami, ditemani kopi dan insomnia barangkali. Sesekali di kampus, seringnya di warung tempat kami makan, di kantin, di halaman, saat putus cinta,<br />saat dapat beasiswa, atau saat bersebrangan pilihan dengan pacar, suami atau istri salah satu di antara kami.<br />Dari situ kami yakin TralalaTrilili ini lahir. Dia bukan anak yang dahsyat, yang jika dibaca akan membuat mata berkaca-kaca, atau membuat kemarahan Anda meledak-ledak. Ia hanyalah kumpulan keceriaan sekaligus kegelisahan. Sebuah perpaduan sifat yang sungguh sangat bertolak belakang. Jadi harap maklum jika seusai (atau bahkan sebelum) membacanya, Anda sudah tidak suka dan ingin menyobek atau membuangnya.<br />Tapi begitulah, dengan segala kerendahan hati kami, tapi juga dengan penuh kebanggaan, melahirkannya, memberinya nama dan berjanji akan menjaganya. Kelak akan kami asuh di tengah-tengah Anda semua. Kami tak ingin berharap banyak, karena keterbatasan dan ketololan kami. Kami hanya ingin kelak anak kami, Anda dan juga kami mengingat dua kalimat yang pernah ditulis oleh Chairil Anwar: Lahir seorang besar dan tenggelam beratus ribu. Keduanya harus dicatet, keduanya dapat tempat.<br />Kami hanya ingin tersenyum menyambutnya. Memperkenalkannya pada banyak orang. Dan tanpa malu mengaku bahwa kamilah bapak dan ibunya.</p> <p>Salam sehat selalu untuk Anda.</p> <p>Komunitas Tanpa Nama<br /></p>Unknownnoreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-8031097360859522992009-09-09T08:33:00.000-07:002009-11-07T18:46:48.514-08:00About Tanpa Nama<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVW-vz98LKixjcdMIYkEIcG4Ph7IhE5N8sCqfc4Mck_irilYgGdoyPVJ2utzq3eMnfS0ZnYeie128cQqSY9C3E9Vi5Fy8yh5fZAkPZ0wdC7T5DiOY_NJelb9Mg6HH5YfCVJ_L_0jjgzCc/s1600-h/icon.png"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 100px; height: 100px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgVW-vz98LKixjcdMIYkEIcG4Ph7IhE5N8sCqfc4Mck_irilYgGdoyPVJ2utzq3eMnfS0ZnYeie128cQqSY9C3E9Vi5Fy8yh5fZAkPZ0wdC7T5DiOY_NJelb9Mg6HH5YfCVJ_L_0jjgzCc/s320/icon.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5390785770005249938" border="0" /></a><br />Sebuah komunitas sastra lahir di Jogja kemudian berexpansi ke penjuru belahan dunia, Komunitas Tanpa Nama (KTN). Yang berawal dari pertemuan antara 2 dunia, dunia maya dan dunia sastra.<span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"> </span></span><span style="font-weight: bold;"></span>Sebuah Komunitas<span style="font-style: italic;"><span style="font-weight: bold;"> </span></span><strong><em></em></strong>yang menjadi ikatan terbentuk dari para<span style="font-style: italic;"> </span>sastrawan maya <em></em>berdasarkan kesamaan-kesamaan kecintaan sastra.<br /><br />Komunitas<span style="font-style: italic;"> </span>Tanpa Nama (KTN) juga mengadakan ritual-ritual khusus yang di wujudkan sering mengadakan kegiatan-kegiatan bersama-sama seperti kopi darat (kopdar) atau ketemuan di dunia nyata. Melalui Kopdar ini mengalir apa cita-cita kebersaman komunitas. dsb<br /><br />- under contruction -Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-72831125465007043042009-06-28T15:37:00.000-07:002009-11-06T07:00:31.193-08:00Join Tanpa NamaKetika yang lain pergi maka kita ada disini. Kita dilahirkan sendiri tetapi hidup tak bisa sendirian. Komunitas Tanpa Nama, sebuah keluarga kecil yang kebetulan anggotanya memiliki hobi yang sama, membaca menulis dan bercerita. Kita tak sebesar lautan dan tak sekecil atom, tetapi kita berusaha berarti. Berbagai keinginan tahu tentang keluarga kita.<br /><br /><div style="text-align: center;"><span style="font-weight: bold;">KTN, Komunitas Tanpa Nama </span><br /><blockquote style="font-weight: bold;"><br />"Kenapa Tanpa Nama? Bagaimana kehidupan berkeluarga kita, bagaimana bergabung dengan kita?"</blockquote><br /></div><br />Untuk bergabung mudah, kita tak pandang bulu kamu atau asal usul kamu apa lagi bibit bebet bobot kamu karena perbedaan itu akan menjadi warna-warni kita dalam berkeluarga. Kita adalah komunitas sastra.<br /><br />Tetapi kita tidak bisa sembarangan dalam bergabung hanya join begitu saja. Kita mesti melaksanakan berbagai syarat dan ritual antara lain.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Pertama,</span> Suka, Hoby, baik aktif maupun pasif dalam dunia sastra (<span style="font-style: italic;">patent masak komunitas sastra tak suka sastra?</span>)<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Kedua,</span> Silahkan "Copy Paste" Source Code Banner Komunitas Tanpa Nama di samping dan pajang di lapak atau blog kamu. Team kami akan mengunjungi kepastian anda mengikuti komunitas dan silahkan lanjutkan ritual berikutnya.<br /><br /><span style="font-weight: bold;">Terakhir,</span> Kopdar karena kita keluarga yang saling mengenal diantara kita. Dengan kopdar kita bisa share n' care belajar dari yang belum tahu menjadi tahu dan lebih tahu. Jangan sungkan berkecil hati untuk berkopi darat ria, tak perlu keluarkan biaya kita keluarga sederhana, seadanya. Biasanya kita kopdar di pinggiran angkringan bundaran UGM, Taman pintar, Taman Budaya dan tempat khusus yang kita rencana akan menjadi rumah kita. Untuk waktu kita selalu sesuaikan silahkan sering-sering mampir di lapak ini.<br /><br />Dua ritual itu ritual syarat kami, Jika masih bingung silahkan send smile di bawah<span style="font-style: italic;">. Congratulation</span>!<br /><br /><br /><br /><div style="text-align: left;">Salam sastra,<br /><br /><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.tanpanamakita.co.cc/"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 150px; height: 74px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwG3HKJkNquvD1KGs3nozTS2Z8TR3cFrWklUHwYHf4U2-REI7k_oanm_8GkI_scEgCqHW9iEWL-HKB-p5-QJMFdJ7jGhAzVScrZNulyYfmzhlxhm7fJ2HMLJKu53XziZOQgrdXphZxa3IZ/s200/head_tanpanama.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5397794609047280594" border="0" /></a><br /></div><br /><br /><br /><br /><br /><span style="font-weight: bold;">Komunitas Tanpa Nama</span></div>Chanhttp://www.blogger.com/profile/14555610045049318413noreply@blogger.com14tag:blogger.com,1999:blog-4117079044399755025.post-35898387929329107412009-04-29T02:49:00.000-07:002009-10-13T03:19:52.648-07:00Bertandang ke Penyair Saut Situmorang<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxEC98TPY6lWpdcCXsqhqkL6gV3lNZ1g1aymqW8LfbYQuetZzFxPvPbY55EerUasJXfueUwxKqAhWBXqy8cFLC3hOUzZNdUQvKEbwz3q_Cdn390FIsIRfHpgwrF5QSL2arIgRqAkWH9CA/s1600-h/tanpanama_kopdar.png"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 110px; height: 110px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxEC98TPY6lWpdcCXsqhqkL6gV3lNZ1g1aymqW8LfbYQuetZzFxPvPbY55EerUasJXfueUwxKqAhWBXqy8cFLC3hOUzZNdUQvKEbwz3q_Cdn390FIsIRfHpgwrF5QSL2arIgRqAkWH9CA/s320/tanpanama_kopdar.png" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5391286076730573634" border="0" /></a><br /><br />Minggu menjelang hujan, kami berangkat ke rumah Bang Saut, untuk meminta bantuan bikin ulasan untuk antology KTN..setelah sedikit tersesat (karena ada bajang si penunjuk jalan kebenaran, maka tersesatnya dikit aja, biar aku gak terkesan terlalu sempurna di mata kalian) maka kami pun sampai.<br />Mendongak kepala kami saat bertemu sang istri yang bule dan tinggi, kasian banget postur kami orang2 negara dunia ketiga yang makan nasi berpiring2 tapi nggak tinggi2..hahaha.<br /><br />Di sana kami ngobrol panjang lebar (tertawa pasnya).<br />Gila, si Saut Gimbal lucu banget, seperti pertemuan2 biasanya: dia lebih pantas jadi pelawak ketimbang penyair..wakakaka duh, kok aku malas cerita ya..aku simpulkan ja ya:<br /><br />1. yang hadir: aku, paradoks, toi, djali sama 2 orang gak jelas mukanya.<br />2. Kami ngekek2 di rumahnya<br />3. niatan kami udah tercapai, minta ulasan karya kami<br />4. di sana pada minta rokok ama tuan rumah<br />5. ujan<br />6. lucu<br />7. dapet kopi gratis<br />8. yaaaah... itu aja deh..ngatuk neh..udah jam 2 malem... kayaknya tulisanku banyak yang salah ketik di atas, males perbaikinya. buat yang gak ngerti ya sukurin aja deh...<br />emang enak nulis tanpa diupah kayak gini buat kalian??<br />huuuuwww..<br /><br />Buat yang dateng kemaren..tambahin ya ceritanya..<br />biar lengakap, aku lagi gak niat bikin laporan neh!!<br />abis ngopi 2 gelas di kos sendirian!!<br />asem, makin insomnia aku ini..<br />nah jadi sebelum tulisan ini tambah ngawur...<br /><br />BajangUnknownnoreply@blogger.com0